`Musim Penghujan telah tiba waspadai bencana angin puting beliung dan nyamuk eijepti bahaya penyakit DB ( Demam Berdarah )

AKHIRNYA PANEN

Setelah sekian tahun terkena serangan ham wereng,, akhirnya petani desa mendak merasakan Panen padi lagi, Alhamdulillah Bisa Panen .

Mau Merangkap Jadi Wartawan Online

berpose Reporter Metro Tv.

DEMO PERANGKAT DESA

Desa Menuntut Keadilan dan Kesejahteraan dengan disahkannya UU Perdesaan.

Bersama Membangun Kemandirian

Selogane orang Desa

KANTOR DESA MENDAK

Dibangun pada ahun 1970 dengan biaya Rp 2.000.000.

Wednesday, July 27, 2011

TRADISI NYADRAN DI DUKUH GAYAM DESA MENDAK warga berebut jajanan pasar




Mendak, 27 Juli 2011 ,Tradisi Nyadran atau Sadranan yang berarti membersihkan tempat makam sekaligus mengirim doa untuk leluhur setiap bulan Ruwah (Kalender Jawa) atau Syaban (Kalender Hijriyah), adalah sedikit dari budaya masyarakat Jawa yang masih berlangsung. Kata Ruwah sendiri memiliki akar kata “arwah”, atau roh para leluhur. Konon dari arti kata arwah itulah yang menjadikan bulan  Ruwah sebagai bulan untuk mengenang sekaligus mendoakan para leluhur.





Di dukuh Gayam desa Mendak Kecamatan Delanggu tradisi Nyadran ini memang sedikit unik. Tidak hanya membersihkan makam dan mendoakan leluhur, dalam tradisi yang sudah berlangsung turun temurun ini warga juga saling bersilaturahmi,berkumpul untuk melakukan kenduri dengan makanan jajanan pasar seadanya yang nantinya diperebutkan bersama sama.Hal itu dilakukan kemarin sore di Dukuh Gayam desa Mendak yang terlaksana dengan penuh rasa kebersamaan dan antusias yang tinggi //.Abdul Qohar.

Monday, July 25, 2011

SEMANGAT GOTONG- ROYONG MASYARAKAT DI DESA MENDAK MASIH TINGGI



Gotong royong adalah kegiatan yang yang sudah lama ada dan dilakukan oleh para warga masyarakat indonesia, khususnya di perkampungan ataupun di pedesaan. gotong royong itu sendiri artinya adalah bekerja dengan bersama-sama atau bekerjasama melakukan kegiatan  kampung/desa mereka dengan komunitas semua warga yang biasanya dikomandoi oleh ketua RT atau RW setempat bisa ikut berpartisipasi  semua, bapak-bapak, ibu-ibu, remaja dan anak kecil bisa ikut bergotong royong membersihkan kampung mereka. mereka semua bisa berpartisipasi semua dengan apa saja, seperti ibu-ibu yang bisa berpartisipasi dengan membuat makanan dan minuman untuk bapak-bapak dan para remaja.






 


 

Namun untuk ibu ibu yang ada di desa Mendak tidak hanya itu, mereka ikut bahu membahu bekerja di lapangan menyelesaikan pekerjaan walaupun kerja keras. Itu terjadi  pada hari minggu kemarin dalam kegiatan PNPM –MP dengan bergotong royong /kerja bhakti betonisasi memperbaiki jalan kampung yang telah rusak di RW 1 dan 2 desa Mendak  Kecamatan Delanggu. Dengan semangat dukungan dari ibu ibu tadi gotong royong yang dimulai dari jam 07:00 Wib  sampai jam 00:00 tengah malam sampai tidak terasa.











Gotong royong sendiri menjadi ajang silahturahmi yang bagus para warga desa yang melakukan kegiatan tersebut, nggak perduli siapa yang kaya atau miskin mereka bersam-sama membersihkan lingkungan mereka. Tradisi ini seharusnya bisa sering dilakukan oleh para warga masyarakat indonesia untuk memupuk rasa kebersamaan, rasa persatuan dan kesatuan.//yt

Monday, July 18, 2011

Tradisi Ruwahan Tahun 2011 di Desa Mendak Kecamatan Delanggu








Tradisi adalah kebiasaan yang dilakukan oleh suatu kelompok anggota masyarakat yang mengacu pada apa yang telah dilakukan pada generasi sebelumnya. Menurut Van Peursen (1976 :11) tradisi merupakan pewarisan atau penerusan norma-norma , adat-istiadat, kaidah-kaidah dan pewarisan harta kekayaan.
Salah satu tradisi yang sampai saat ini masih berkembang dan dipegang teguh oleh masyarakat pendukungnya adalah tradisi ruwahan yang terjadi di Desa Mendak.  Ruwahan atau nyadranan adalah suatu tradisi masyarakat Jawa yang diselenggarakan pada bulan Ruwah, menurut  pandangan masyarakat Jawa kata Ruwah dapat diartikan sebagai “weruh-arwah” atau secara bebas dapat diterjemahkan mengingat atau mengenang arwah para leluhur. Dalam tradisi ini terdapat akulturasi antara kebudayaan Jawa dan Islam. Tujuan diadakannya tradisi ruwahan adalah untuk mendoakan arwah leluhur, kerabat, saudara sebelum memasuki bulan puasa dalam kepercayaan agama Islam. Sedangkan kebudayaan hindu tergambar dari tatacara dan sesaji yang digunakan. Selain itu tradisi ruwahan yang diselenggarakan oleh masyarakat Desa Mendak bertujuan untuk berterimakasih kepada pepunden desa atas rejeki dan kemudahan yang diperoleh. Rejeki yang dimaksud adalah hasil panen (padi). Hal ini dipengaruhi oleh kentalnya nuansa kehidupan petani dalam kehidupan sosial masyarakat Desa Mendak. Pada jaman dahulu masyarakat desa Mendak hidup dengan mengandalkan pertanian padi, dalam satu tahun masyarakat Desa Mendak mengadakan panen sebanyak dua kali yaitu pada bulan Sapar dan bulan Ruwah (sistem penanggalan Jawa), pada masa panen kedua (bulan Ruwah) tradisi ruwahan digelar. Hingga saat ini masyarakat Desa Mendak masih melaksanakan tradisi ruwahan setiap tahunnya, mereka memiliki kepercayaan dengan mengadakan  tradisi ruwahan mereka akan mendapatkan berbagai kemudahan dalam menjalani hidup dan kemudahan dalam hal mencari rejeki, mereka juga percacaya jika tidak mengadakan ruwahan maka akan mendapat kesulitan dalam menjalani hidup. Kehidupan masyarakat Jawa berkembang suatu kepercayaan terhadap roh-roh halus yang hidup di sekitar manusia. Roh-roh halus tersebut ada yang bersifat baik dan ada pula yang bersifat jahat. Roh-roh yang bersifat baik sering membantu manusia misalnya menjaga desa dari berbagai gangguan, roh-roh penjaga desa itu sering disebut dan yang pepunden desa, maupun bisa disebut pula dengan Bureksa. Adapun roh-roh yang bersifat jahat adalah roh-roh yang cenderung sering menggangu kehidupan manusia dimanapun berada (Koentjaraningrat, 1984: 338).







Pelaksanaan tradisi ruwahan di Desa Mendak terbagi dalam empat bagian yang tidak dapat dipisahkan, diantaranya yaitu:
1.      Membersihkan area pemakaman.
2.      Kondangan, acara makan bersama di area pemakaman.
3.      Panembrama, paduan suara yang terbentuk dari pemuda dan pemudi Desa Mendak.
4.      Pagelaran wayang kulit semalam suntuk.












Bagi masyarakat Desa Mendak tradisi ruwahan memiliki tempat tersendiri dalam kepercayaan mereka. Perihal tentang tata cara, waktu dan tempat pelaksanaannya dibatasi oleh suatu hukum/peraturan tidak tertulis yang sudah berlaku dalam waktu lama dari generasi ke generasi. Misalnya panembrama, panembrama adalah kelompok paduan suara yang terdiri dari muda mudi Desa Mendak, panembrama sebagai wujud persembahan dari kaum muda kepada generasi tua, panembrama selalu digelar sebelum perjunjukan wayang kulit dimulai. Mereka tidak berani merubah atau bahkan melanggar tradisi yang ada. Keteguhan mereka terhadap tradisi ini tidak dapat digoyahkan.// Aris Wicaksono


Sunday, July 17, 2011

Club BIMO jadi juara 1 turnamen “ Ruwahan Cup “ tahun 2011 di Desa Mendak Kecamatan Delanggu




Semangat olah raga bola voly di mendak ternyata masih tinggi,,, ini dilihat dari antusias dari pelaksanaan Turnamen Bola Voly Ruwahan  dalam rangka Bersih Desa di Desa Mendak yang terselenggara oleh Keluarga besar  trah Yudo Pawiro yang didukung oleh warga pecinta Bola Voly yang ada di Mendak.
Jumlah pendaftar sebagai peserta berjumlah 8 club besar yang ada di desa Mendak uniknya nama club tersebut  dinamai dengan nama tokoh pewayangan ada diantaranya Ontoseno,,Sadewo,Gathotkoco,Nakulo,Harjuno,Ontorejo,Bimo,Puntodewo. Kegiatan dimulai  pada tanggal 13 juli lalu dan berakhir final hari ini 17 Juli 2011 yang menyisihkan 4 club terfavorit sebagai finalis juara yaitu :















Juara 1  : Club Bimo
Juara 2 : Club Ontoseno
Juara 3  : Club  Harjuno
Juara 4 : Club Gathokoco
Kapten dari  club Bimo sebagai juara 1 pada turnamen bola voly Ruwahan Cup Bp. Sartono Alias Gondel pada final tadi sering melakukan adegan goyang inul disaat melakukan Srep bola point yang membuat penonton ketawa dan semangat  bertepuk tangan . 








Harapan dari panitia penyelenggara turnamen ini  adalah untuk memeriahkan acara bersih desa dan menjaga kerukunan dan  kebersamaan  warga serta  memberi semangat kepada generasi muda untuk berolahraga terutamanya bola voly yang semenjak dulu digemari  dan dicintai oleh masyarakat mendak.


Tuesday, July 12, 2011

Peran Gender di Masyarakat Desa Mendak Kecamatan Delanggu

Sensitif Gender Diperlakukan dalam Program Program Pembangunan
  

  

A. PENDAHULUAN

Sex atau jenis kelamin adalah hal yang paling dikaitkan dengan gender dan kodrat. Dikarenakan adanya perbedaan jenis kelamin, perempuan dan laki-laki secara kodrat berbeda satu sama lain.
Gender sama sekali berbeda dengan pengertian jenis kelamin. Gender bukan jenis kelamin atau gender bukanlah perempuan atau laki-laki. Gender hanya memuat perbedaan fungsi dan peran sosial yang terbentuk oleh lingkungan tempat kita berada.
Gender tercipta melalui suatu proses sosial budaya yang panjang dalam suatu lingkup masyarakat tertentu, sehingga dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lain, misalnya laki-laki yang memakai tattoo di badan dianggap hebat oleh mayarakat Dayak, akan tetapi di lingkunan komunitas lain seperti Yahudi misalnya, hal tersebut merupakan hal yang tidak dapat diterima.
Gender juga berubah dari waktu ke waktu, sehingga bisa berlainan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Contohnya dimasa lalu perempuan yang memakai celana panjang dianggap tidak pantas, sedangkan saat ini dianggap hal yang paling baik untuk perempuan yang aktif.

B. LATAR BELAKANG KEGIATAN


Dalam mayarakat tradisional pattriarkhi ( masyarakat yang selalu memposisikan laki-laki lebih tinggi kedudukan dan perannya dari perempuan ) kita dapat melihat adanya pemisahan yang tajam bukan pada peran gender akan tetapi juga pada sifat gender. Misalnya laki-laki dituntut untuk mempunyai sifat pemberani dan gagah perkasa sedangkan perempuan harus bersifat lemah lembut dan penurut. Padahal laki-laki maupun perempuan adalah manusia bisaa, yang mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibawa sejak lahir. Sifat lemah lembut, perasa, pemberani, penakut, tegas, pemalu, dan lain sebagainya, bisa ada pada diri siapapun, tidak peduli apakah dia  perempuan atau laki-laki. Sayangnya kontruksi di masyarakat merubah pandangan “netral” pada sifat-sifat gender tersebut.










Sejak kecil anak laki-laki sudah dipaksa untuk “tidak manusiawi”, dimana mereka dilarang untuk tidak menangis,bersifat lemah lembut dan pemalu. Ciri dan nilai-nilai tersebut dimasyarakat berkembang menjadi norma yang dikuatkan,disosialisasikan, dipertahankan bahkan terkadang dipaksakan sehingga kemudian dianggap menjadi tradisi. Konsep Subyektif tersebut lama kelamaan berkembang dalam berbagai alur kehidupan sosial masyarakat, yang mengakibatkan adanya ketimpangan antara peran dan kedudukan laki-laki dan perempuan. Ketimpangan peran gender seperti ini membatasi kreatifitas, kesempatan dan ruang gerak kedua belah pihak, baik itu laki-laki maupun perempuan.
Berbagi dan bertukar peran gender dalam kehidupan sehari-hari  secara harmonis dapat membangun masyarakat yang lebih terbuka dan maju, karena semua orang mempunyai kesempatan, peluang dan penghargaan yang sama saat mereka memilih pekerjan yang diinginkan. Laki-laki maupun perempuan tidak dibatasi ruang geraknya untuk memanfaatkan kemampuannya semaksimal mungkin di bidang pekerjaan yang sesuai dengan minat dan keahliannya. Dengan demikian peran gender yang seimbang bisa memicu semakin banyak sumber daya manusia produktif di masyarakat yang dapat menyumbangkan kemampuannya untuk kemajuan bersama.

C. ALASAN DIPILIHNYA KEGIATAN


Kesetaraan gender memberikan penghargaan dan kesempatan yang sama kepada perempuan dan laki-laki  dalam menentukan keinginanya dan menggunakan kemampuannya secara maksimal di berbagai bidang. 












Tidak peduli apakah dia seorang ibu rumah tangga, presiden, buruh pabrik,sopir, pengacara, guru atau profesi lainnya. Jika kondisi-kondisi tersebut tidak terjadi pada dirinya maka dia tidak dapat dikatakan telah menikmati adanyakesetaraan gender. Kesetaraan gender ditunjukan dengan adanya kedudukan yang setara antara laki-laki dan perempuan di dalam pengambilan keputusan dan di dalam memperolehmanfaat dari peluang-peluang yang ada disekitarnya.
Singkatnya inti dari kesetaraan gender adalah kebebasan memilih peluang-peluang yang diinginkan tanpa adanya tekanan dari pihak lain, kedudukan dan kesempatan yang sama dalam pengambilan keputusan dan di dalam memperoleh manfaat dari lingkunan. Bukankah keseimbangan selalu menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih baik ?.

D. KETIDAKADILAN GENDER

           
Ketidakadilan terjadi manakala seseorang diperlakukan berbeda ( tidak adil ) berdasarkan alasan gender. Ketidakadilan ini bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan,itulah sebabnya masalah-masalahyang berkaitan dengan gender sering diidentifikasi dengan masalah kaum perempuan.
Secara garis besar bentuk-bentuk ketidakadilan yang sering terjadi ( terutama pada perempuan ) adalah sebagai berikut :

1.       Penomorduaan ( Subordinasi )
Penomorduaan ( Subordinasi ) pada dasarnya perbedaan perlakuan terhadap salah satu identitas social, dalam hal ini terhadap perempuan. Cukup adilkah rasanya kalau menganggap dalam kultur budaya di Indonesia, perempuan masih dinomorduakan dalam banyak hal terutama dalam pengambilan keputusan. Suara perempuan dianggap kurang penting dalam proses pengambilan keputusan, terutama yang menyangkut kepentingan umum.


2.       Pelabelan Negatif Pada Perempuan
Pada saat perempuan berusaha menyampaikan ketidaksetujuannya akan sesuatu hal dengan mengemukakan alas an-alasannya dianggap dia terlalu cerewt, emosional, dan tidak berfikir rasional. Sedangkan laki-laki  berada pada posisi yang sama mungkin dianggap tegas dan berwibawa karena mempertahankan pendapatnya. Citra buruk perempuan  yang emosional, tidak rasional, lemah, pendendam, penggoda dan lain sebagainya, secara tidak langsung telah menghakimi dan menempatkan perempuan pada posisi yang tidak berdaya di masyarakat. Dengan label-label seperti itu  mustahil bagi perempuan untuk dapat memperoleh kedudukan yang sejajar dengan laki-laki dalam pandangan masyarakat. Perempuan akan selalu tertinggal di belakang karena dianggap memang posisi terbaiknya ada di belakang laki-laki.
3.       Peminggiran (Marginalisasi )
Di kantor-kantor staf perempuan sulit mendapatkan posisi pengambilan keputusan, perempuan dianggap masih tidak  mampu untuk melakukan tugas-tugas penting dan serius seperti menangani proyk-proyek pembangunan. Serta perempuan belum berpartisipasi aktif dalam perencanaan program-program pembangunan di daerah.
Dalam lingkup masyarakat tradisional di Indonesia, kondisi perempuan terpinggirkan dianggap lumrah dan bisaa Seperti sudah ada peraturan tidak tertulis bahwa perempuan tidak aktif diikutkan dalam pertemuan-pertemuan penting dimasyarakat, karena laki-laki yang ditempatkan pada posisi pemegang control dan pembuat keputusan.
4.       Beban Kerja Berlebih ( Multi-burdened )
Beban  kerja perempuan akan bertambahbanyak dengan kegiatan-kegiatan yang ingin dia ikuti di luar rumah. Hal ini disebabkan karena pada saat yang bersamaan perempuan masih terbebani dengan setumpuk pekerjaan dan tugas didalam rumah tangganya. Sebagian yang lain terutama laki-laki khawatir jika perempuan dilibatkan secara aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, mereka tidak punya waktu dan tidak bersedia lagi melakukan pekerjaan-pekerjaan di dalam rumah tangga.
Inti dari kesetaraan gender adalah saling menghargai hak-hak dan kewajiban masing-masing, saling membantu, dan berbagi peran untuk membantu meringankan pekerjaan satu sama lain, karena semua jenis pekerjaan yang dilakukan sama pntingnya. Pekerjaan domestik tidak lebih rendah posisinya dari peran public. Jika seluruh anggota keluarga aktif dalam kegiatan publik, maka mereka dapat mencari alternatif waktu dan cara bagaimana kedua peran tersebut bisa dilakukan bersama-sama, misalnya dengan mengatur waktu, tenaga dan kemampuan yang dimiliki secara maksimal ketka menjalankan peran publik maupun peran domestik karena tidak terbebani dengan “ antrian “ tugas-tugas lain yang harus dikerjakan. Komunikasi dan keterbukaan tentunya menjadi kunci untuk terciptanya kesetaraan gender, sehingga tidak ada salah satu pihak yang terpaksa harus mengalah untuk pihak lainnya.

E. SENSITIF GENDER DIPERLUKAN DALAM PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN

 









Kebanyakan program-program pembangunan masihbelum memasukan komponen gender sebagai faktor penting yang mengukur keberhasilan program. Seringkali program-program tersebut dianggapsudah berhasil jika memenuhu kreteria berikut :
1.      Masyarakat lokal telah berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan.
2.      Adanya pemerataan distribusi biaya dan manfaat.
3.      Upaya-upaya pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan sudah dilakukan secara efisien.
Dengan mememuhi ketiga komponen diatas, status program yang melibatkan masyarakat memeng akan terlihat sukses. Namun jika kita melihat dari persepektif gender, bukan tidak mungkin program tersebut jauh dari tanda-tanda keberhasilan.
Tingkat partisipasi bisanya diukur dengan keterwakilan dan kontribusi ide/pendapat yang diperoleh pada saat berlangsungnya suatu program kegiatan. Jika kita memasukkan komponen gender didalamnya, beberapa kriteria diperlukan untuk melihat sejauh mana tingkat partisipasimasyarakat lokal dalam program tersebut, yaitu :
1.      Apakah perempuan mempunyai peluang yang sama besarnya dengan laki-laki untuk ikut terlibat dalam kegiatan ?
2.      Berapa prosentaseperempuan yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut ?
3.      Dari jumlah keseluruhan program-program itu, berapa jumlah perempuan yang duduk dalam kepengurusan ?
4.      Apakah perempuan yang menjadi pengurus dalam program mempunyai akses dan control dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program ?
5.      Bagaimana tingkat keaktifan perempuan beserta program dalam kegiatan yang dilakukan  ( peserta aktif atau cuma hadir sebagai peserta pasif ).
Dengan mengetahui informasi-informasi tersebut dapat diukir sampai sejauh mana program kegiatan yang dilaksanakan telah melibatkan seluruh komponen “ masyarakat lokal “ ( termasuk perempuan ) secara aktif dalam pengambilan keputusan. Kecenderungan yang sering terjadi adalah program-program kegiatan/pembangunan didaerah hanya menghiting jumlah masyarakat yang ikut serta dalam program tanpa melihat apakah ada peran perempuan yang terlibat ataukah hanya laki-laki yang dianggap telah mewakili suatu satu keluarga, dengan label “ kepala keluarga “.
Dari uraian-uraian diatas dapat kita lihat dengan jelas bahwa kebanyakan program-program pembangunan yang ada di daerah belum berspektif terhadap gender. Absennya komponen gender dalam program pembangunan di daerah selama ini didasarkan alasan bahwa manfaat program dapat dinikmati oleh perempuan dan laki-laki dalam porsi yang sama, sehingga komponen gender tidak perlu dipermasalahkan. Padahal dalam kenyataanya banyak kendala-kendala yang menyulitkan bagi perempuan untuk memperoleh manfaa-manfaatan tersebut secara seimbang seperti yang diterima oleh laki-laki. Dengan demikian setiap program harus mempertimbangkan komponen perempuan dan laki-laki sebagai dua faktor yang sangat pentingnya terhadap keberhasilan suatu program. Hal ini dapat dilakukan secara sederhana dengan membuat data terpilah pada setiap program, mulai dari perencanaan program sampai pada evaluasinya.Listya Sudibyo, ST   (Fastek Tim 23 )  
    
·        085 229 76 0123
·        085 728 653 955
    

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More